Pengalaman Operasi Tumor Jinak di Rumah Sakit

Hari ini saya baru saja habis operasi tumor jinak di lengan sebelah kanan. Pengalaman yang berharga untuk saya pribadi yang tidak pernah sama sekali menjalani operasi semacam ini. Saya yakin diluar sana ada sahabat yang mengalami permasalahan kesehatan serupa, namun masih ragu untuk melakukan operasi.

Sebagai seorang blogger disini saya akan membagikan pengalaman berharga ini. Sebelumnya saya akan bercerita mengenai awal mula benjolan dilengan kanan saya. Tahun 2016 lengan kanan saya tumbuh benjolan sebesar biji jagung, awalnya saya tidak mencurigai itu sebagai penyakit apalagi tumor jinak karena saat itu saya bekerja memang berat ikut menjadi kuli bangunan, pikir itu hanyalah sebuah bengkak ditangan karena sering mengangkat beban berat.

Seiring berjalannya waktu benjolan tersebut bukannya menghilang, tapi ukurannya malah tambah membesar pada tahun 2019 saya sempat berkeinginan melakukan operasi namun masih ragu apakah jenis penyakit ini ditanggung oleh BPJS. Padahal pada 2019 ukuran benjolan tersebut hampir sebesar bola pingpong, memang sih benjolan itu tidak sakit walau pun dipegang lunak seperti bola pingpong beneran.

Perkembangan tumor jinak ini semakin tahun semakin membesar, dan pada Januari 2021 kemarin saya memutuskan untuk menemui dokter praktek saya untuk memastikan bahwa ini berbahaya atau tidaknya. Dengan modal 200 ribu saya menemui dokter dan bertanya perihal benjolan ditangan saya, dokter pada saat itu memeriksa benjolan di tangan dan mengatakan apakah ini sakit ? Tentu saya menjawab jujur bahwa itu memang tidak sakit sama sekali. Dokter menyarankan saya tetap harus operasi walau benjolan itu tidak sakit, karena dikhwatirkan benjolan yang semakin membesar masuk dan menekan tulang saya, ini nantinya akan lebih sulit dioperasi apa bila terlanjur besar dan menekan tulang.

Karena saya pada saat itu saya masih bekerja dan belum mendapatkan cuti terpaksa operasi saya tunda terlebih dahulu hingga akhirnya April kemarin saya baru mendaftarkan diri saya ke rumah sakit meminta untuk operasi.

Pertama - tama saya mendaftar diri saya poli bedah di rumah sakit umum daerah muara teweh yang merupakan rumah sakit satu - satunya di kota saya. Saya menggunakan fasilitas BPJS untuk mendaftar disana, dan pelayanannya cukup mudah dan saya langsung diberikan surat untuk menemui dokter bedah.

Singkat cerita di poli bedah saya langsung di periksa oleh dokter yang bersangkutan, dia mulai memegang benjolan, dan beliau mengatakan sebaiknya saya di opname terlebih dahulu sebelum melakukan operasi, dokter tersebut memberikan saya selembar kertas rujukan untuk opname (rawat inap) yang kertas tersebut akan diberikan kepada pihak IGD rumah sakit.

Rujukan untuk rawat inap tidak langsung hari itu juga sih, jadi saya disuruh kembali besok harinya membawa surat tadi ke unit IGD rumah sakit. Jadi pada tanggal 15 April sore hari pukul 15.30 saya baru mendaftar ke IGD. Karena ini jaman covid - 19 maka saya dilakukan swab terlebih dahulu sebelum masuk, setelah dinyatakan bebas dari Covid19 baru saya disuruh mendaftarkan diri terlebih dahulu kepada pihak BPJS yang ada dirumah sakit itu, dengan menyerahkan KTP asli dan kartu BPJS nama saya pun didaftarkan dan biaya ditanggung oleh BPJS semua, saya cukup terbantu rasanya.

Pendaftaran telah selesai saya langsung dibawa ke ruangan, saya masuk dikelas 2A pada saat itu. Karena memang saya tidak ada penyakit lain, selama satu malam saya tidak dipasangi infus sama sekali dan bebas untuk tidur bergaya diatas ranjang rumah sakit, hehehe... Tapi mulai jam dua belas malam saya sudah tidak diperbolehkan makan sama sekali untuk persiapan operasi, jika saya makan maka saya tidak diperbolehkan untuk operasi besok harinya.

Pada pagi harinya saya pun tidak boleh makan, pada pagi hari saya mandi dahulu sebelum dipasangi infus. Selesai mandi saya langsung dipasangi infus dan juga perawat menyuntikkan obat dipermukaan kulit saya untuk mengetes apakah saya alergi atau tidak dengan obat yang dipakai nanti. Yang cukup sakit adalah ketika penyuntikkan obat dipermukaan kulit ini, rasanya seperti melepuh terkena tetesan plastik yang dibakar itu.

Satu jam setelah pemasangan dan pengetesan obat dikulit saya, saya langsung dibawa keruang operasi untuk dilakukan persiapan operasi, sebelumnya istri saya mengambil resep obat dari apotik BPJS. Ketika obat sudah siap, saya dibawa kedalam ruangan operasi, dengan dilayani oleh perawat yang semuanya menggunakan pakaian berwarna hijau.

Pertama perawat melakukan tensi dahulu, setelah itu dokter anesti menyuntikkan semacam obat bi*s yang tidak lama setelah disuntikkan obat tersebut saya langsung tidak sadarkan diri. Kurang lebih operasi saya itu memakan waktu 30 menit, karena istri yang menunggu diluar ruangan menghitung waktunya.

Pada akhirnya ketika saya sadar, benjolan dilengan kanan saya sudah menghilang dan hingga saat ini saya belum melihat luka bekas jahitannya tertutup oleh perban. Sore harinya saya setelah operasi saya diperbolehkan pulang oleh dokternya, setelah pengaruh obat b*us hilang.

Jadi operasi semacam tumor jinak dan operasi apa pun itu tidak sakit yah sahabat, karena teknologi sudah maju dan dokter terlah menggunakan obat yang bagus, sehingga sehabis operasi pun kita tidak merasakan sakit yang berarti dibagian luka bekas operasi.

Dibawah ini saya pun beberapa foto saat saya berada dirumah sakit.

pengalaman operasi tumor jinak

tumor jinak


Kedy Reading makes you know, acting makes you do.